Cerita Seks Nikmatnya Bercinta Dengan Mertuaku - BERANIKAN DEWASA

Breaking

Home Top Ad

Responsive Ads Here

Post Top Ad

Responsive Ads Here

Sunday, May 26, 2019

Cerita Seks Nikmatnya Bercinta Dengan Mertuaku

Cerita Seks Nikmatnya Bercinta Dengan Mertuaku

Perkenalkan dulu namaku Firman. Sudah satu minggu ini tinggal di rumah saja. Istriku, Riris, sedang ditugaskan dari kantor ditempatkan untuk mengikuti pelatihan yang dilaksanakan di kota lain selama dua minggu.

Terus terang saja aku jadi kesepian juga rasanya. Kalau mau tidur enak kok aneh juga, kok cuma dan sepi, padahal biasanya ada istri di sisiku. Memang perkimpoian kami belum dikaruniai anak. Maklum baru 1 tahun berjalan. Karena sendirian itu, dan maklum karena otak laki-laki, pikirannya jadi kemana-mana.

Aku teringat cerita yang aku alami dengan ibu mertuaku. Ibu mertuaku memang bukan ibu kandung istriku, karena ibu kandung Riris telah meninggal dunia. Ayah mertuaku kemudian kimpoi lagi dengan ibu mertuaku yang sekarang ini dan kembali tidak memiliki anak. Ibu mertuaku ini berumur sekitar 40 tahun, menang ayu, dan benar-benar sintal dan cocok sesuai dengan wanita idamanku.

Buah dadanya besar sesuai dengan pinggulnya.http://beritabagus.net/ Demikian juga pantatnya juga bahenol banget. Aku sering membayangkan ibu mertuaku kalau sedang telentang pasti vaginanya membusung ke atas terganjal setujunya yang besar itu. Hemm, sungguh menggairahkan.

Peristiwa itu terjadi waktu malam dua hari sebelum hari perkawainanku dengan Riris. Waktu itu aku duduk berdua di kamar keluarga sambil membicarakan persiapan perkimpoianku. Mendadak lampu mati. Dalam kegelapan itu, ibu mertuaku (waktu itu masih calon) berdiri, aku berpikir akan mencari lilin, tetapi sebaliknya ibu mertuaku memeluk dan mencium pipi dan bibirku dengan lembut dan mesra. Aku kaget dan melongo karena aku tidak bisa mengira sama sekali diciumi oleh calon ibu mertuaku yang cantik itu.

Hari-hari berikutnya aku bertindak seperti biasa, demikian juga ibu mertuaku. Pada saat-saat aku duduk bersama dia, aku sering memberanikan diri memandang ibu mertuaku lama-lama, dan dia biasanya tersenyum manis dan berkata, "Apaa ..?, Sudah-sudah, ibu jadi malu".

Terus terang saja aku benar-benar merindukan untuk dapat bermesraan dengan ibu mertuaku itu. Aku kadang-kadang sangat kecewa dengan Riris istriku, dan juga ayahku mertua yang baik hati. Kadang-kadang aku demikian hubungan intim ibu mertuaku disetubuhi ayah mertuaku, aku membayangkan ayah mertuaku keluar masuk vagina ibu mertuaku, Ooh alangkah! Tapi aku selalu menghargai ayah dan ibu mertuaku. Ibu mertuaku juga sayang sama kami, Meski Riris adalah anak tirinya.

Pagi-pagi hari berikutnya, aku ditelepon ibu mertuaku, meminta agar sakit aku bisa mengantarkan ibu menengok keluarga yang sedang di rumah sakit, karena ayah mertuaku pergi ke kota lain untuk keperluan bisnis. Aku sih setuju saja. Karena kami sudah pergi ke rumah sakit, dan pulang sudah sehabis maghrib. Seperti biasa saya selalu menghargai dan menghormati ibu mertuaku.

Dalam perjalan pulang itu, aku memberanikan diri bertanya, “Bu, ngapain sih dulu ibu kok cium Firman?”.

“Aah, kamu ini kok maih ingat-ingat juga siih”, jawab ibuku sambil memandangku.

“Jelas dong buu, Kan asyiik”, kataku memanggil.

“Naah, tambah kurang ajar thoo, Ingat Riris lho Tom, Nanti kedengaran ayahmu juga bisa geger lho Tom”.

“Tapii, sebenarnya kenapa siih bu, Firman jadi penasaran lho”.
“Aah, ini anak kok mau nggak mau diem siih, Tapi eeh, anu, Tom, sebenarnya waktu itu, waktu kita jagongan itu, ibu lihat tampangmu itu kok ganteng banget. Hidungmu, bibirmu, matamu yang agak kurang ajar itu kok buat ibu jadi permata banget deeh sama kamu. Makanya waktu lampu mati itu, entah setan dari mana, ibu jadi pengin banget menciummu dan merangkulmu. Ibu sebenarnya jadi malu sekali. Ibu macam apa kamu ini, masa lihat menantunya sendiri kok blingsatan ”.

“Mungkin, setannya ya Firman ini Bu…, Saat ini setannya itu juga deg-degan kalau lihat ibu mertuanya. Ibu boleh percaya boleh tidak, kadang-kadang kalau Firman lagi sama Riris, malah bayangin Ibu lho. Bener-bener nih. Sumpah deh. Kalau Ibu pernah bayangin Firman nggak kalau lagi sama Bapak ”, saya makin berani.

“Aah nggak tahu ah…, udaah…, udaah…, nanti kalau keterusan kan nggak baik. Hati-hati setirnya. Nanti kalau nabrak-nabrak dikiranya nyetir sambil pacaran ama ibu mertuanya. Pasti ibu yang disalahin orang, Dikiranya yang tua niih yang ngebet ”, katanya.

“Padahal dua-duanya ngebet lo Bu. Buu, maafin Firman deeh. Firman jadi pengiin banget sama ibu lho…, Gimana niih, punya Firman sakit kejepit celana nihh ”, aku makin berani.

“Aduuh Firman, jangan gitu dong. Ibu jadi susah nih. Tapi terus terang aja Firman .., Ibu jadi kayak orang jatuh cinta sama kamu .., Kalau udah begini, udah naik begini, ibu jadi pengin ngeloni kamu Tom…, Tom kita cepat pulang saja yaa…, Nanti diterusin dirumah…, Kita pulang ke rumahmu saja sekarang…, Toh lagi kosong khan…, Tapi Tom minggir meninggalkan Tom, ibu pengen cium kamu di sini ”, kata ibu dengan suara bergetar.

Ooh aku jadi berdebar-debar sekali. Mungkin karena aku sudah satu minggu tidak bersetubuh dengan istriku. Aku jadi nafsu banget. Aku minggir di tempat yang agak gelap. Sebenarnya kaca mobilku juga sudah gelap, jadi tidak takut ketahuan orang. Aku dan ibu mertuaku berangkulan, berciuman dengan lembut penuh kerinduan. Benar-benar, selama ini kami saling merindukan.

“Eehhm…, Firman ibu kangen banget Firman”, bisik ibu mertuaku.

“Firman juga buu”, bisikku.
“Firman…, udah dulu Tom…, eehmm udah dulu”, napas kami memburu.

"Ayo jalan lagi ..., Hati-hati yaa", kata ibu mertuaku.

“Buu penisku kejepit niih…, Sakit”, kataku.

“Iich anak nakal”, Pahaku dicubitnya.

“Okey…, buka dulu ritsluitingnya”, katanya.

Cepat-cepat aku buka celanaku, aku turun celana dalamku. Woo, langsung berdiri tegang banget. Tangan kiri ibu, aku tuntun untuk memegang penisku.

“Aduuh Firman. Gede banget pelirmu…, Biar ibu pegangin, http://beritabagus.net/ Ayo jalan. Hati-hati setirnya ”.

Aku mengirim satu, dan mobil melaju pulang. Penisku dipegangi ibu mertuaku, jempolnya mengelus-elus kepala penisku dengan lembut. Aduuh, gelii… nikmat sekali. Mobil berjalan tenang, kami berdiam diri, tetapi tangan ibu terus memijat dan mengelus-elus penisku dengan lembut.

Sampai di rumahku, aku membuka pintu, dan langsung masuk garasi. Garasi aku tutup kembali. Kami bergandengan tangan masuk ke ruang tamu. Kami duduk di sofa dan berpandangan dengan kerinduan penuh. Suasana begitu hening dan romantis, kami berpelukan lagi, berciuman lagi, semakin menggelora. Kami tumpahkan kerinduan kami. Aku ciumi ibu mertuaku dengan nafsu penuh. Aku rogoh buah dadanya yang benar-benar senang, aduuh benar-benar besar dan lembut.

“Buu, Firman kangen banget buu…, Firman kangen banget”.

“Aduuh Firman, ibu juga…, Peluklah ibu Tom, peluklah ibu” nafasnya semakin memburu.

Matanya terpejam, aku ciumi mata, pipinya, aku lumat bibirnya, dan lidahku aku masukkan ke mulutnya. Ibu agak kaget dan terbebaskan. Kemudian dengan-merta lidahku disedotnya dengan nafsu penuh.

"Eehhmm .., Tom, ibu belum pernah ciuman seperti ini ..., Lagi Tom masukkan lidahmu ke mulut ibu"

Ibu mendorongku pelan, memandangku dengan mesra. Dirangkulnya lagi diriku dan berbisik, "Tom, bawalah Ibu ke kamar ..., Enakan di kamar, jangan di sini".

Dengan berangkulan kami masuk ke kamar tengah yang kosong. Aku suka tidak enak di tempat tidur kami. Aku suka tidak enak dengan Riris puas kami memakai tempat tidur di kamar kami.

“Bu kita pakai kamar tengah saja yaa”.

"Oke, Tom. Aku juga nggak enak pakai kamar tidurmu. Lebih bebas di kamar ini ”, kata ibu mertuaku penuh pengertian. Aku remas pantatnya yang bahenol.

“Iich .., dasar anak nakal”, ibu mertuaku merengut manja.

Kami duduk di tempat tidur, sambil duduk karena aku buka pakaian ibu mertuaku. Aku benar-benar terpesona dengan kulit ibuku putih bersih dan halus dengan buah dadanya yang besar menenangkan indah. Ibu aku rebahkan di tempat tidur. Celana milikku pelorotkan dan aku pelorotkan dari dikembalikan yang indah. Sekali lagi saya kagum melihat vagina ibu mertuaku yang tebal dengan bulunya yang tebal keriting. Seperti yang saya bayangkan selama ini, vagina ibu mertuaku benar-benar menonjol ke atas terganjal pantatnya yang besar. Aku tidak tahan lagi melihat keindahan ibu mertuaku telentang di depanku. Aku membuka pakaianku dan penisku sudah benar-benar tegak sempurna. Ibu mertuaku memandangku dengan tanpa berkedip. Kami saling merindukan kebersamaan ini. Aku berbaring miring di samping ibu mertuaku. Aku ciumi, kuraba, kuelus semuanya,

Aku lembut buah dadanya, kuelus perutnya, vaginanya, aku main-mainkan. Liangnya vaginanya sudah basah. Jariku basah dengan cairan ibu mertuaku, dan aku menggunakan lembut di clitorisnya. Ibu menggelinjang keenakan dan mendesis-desis. Sementara peliku dipegang ibu dan dielus-elusnya. Kerinduan kami selama ini sudah disetujui untuk ditumpahkan dan dituntaskan malam ini. Ibu menggeliat-geliat, meremas-remas kepalaku dan rambutku, mengelus punggungku, pantatku, dan akhirnya memegang penisku yang sudah siap sedia masuk ke liang vagina ibu mertuaku.

"Buu, aku kaangen banget buu ..., Firmany kanget banget ..., Firman anak nakal buu ..", bisikku.

“Firman…, ibu juga. sshh ..., masukin Firman ..., masukin sekarang ..., Ibu sudah pengiin banget Firman, Firmanm ... ", bisik ibuku tersengal-sengal. Aku naik ke atas ibu mertuaku bertelakn pada siku dan lututku.

Tangan kananku mengujicoba, pipinya, hidungnya dan bibir ibu mertuaku. Kami berpandangan. Berpandangan sangat mesra. Penisku dituntunnya masuk ke liang vaginanya yang sudah basah. Ditempelkannya dan digesek-gesekan di bibir vaginanya, di clitorisnya. Tangan memegang pendiri pantatku, melepaskan sedikit dan melepaskan tekanannya memberi komando penisku.

Kaki ibu mertuaku dikangkangnya lebar-lebar, dan aku sudah tidak sabar lagi untuk masuk ke vagina ibu mertuaku. Kepala penisku mulai masuk, makin dalam, makin dalam dan akhirnya masuk semuanya sampai pangkalnya. Aku mulai turun naik dengan teratur, keluar masuk, keluar masuk dalam vagina yang basah dan licin. Aduuh enaak, enaak sekali dan akhirnya mulai dibuka.

“Masukkan separo saja Tom. Keluar-minta lagi yang besar ini…, Aduuh garis setuju enaak sekali ”.

Nafsu kami semakin menggelora. Aku semakin cepat, semakin memompa penisku ke vagina ibu mertuaku. “Buu, Firman masuk semua, masuk semua buu”

“Iyaa Firman, enaak banget. Pelirmu ngganjel banget. Gede banget rasane. Ibu marem banget ”kami mendesis-desis, menggeliat-geliat, melenguh penuh kenikmatan. Sementara itu, yang tadi mengangkang sekarang dirapatkan.

Aduuh, vaginanya tebal banget. Aku paling tidak tahan lagi jika sudah begini. Aku semakin ngotot menyetubuhi ibu mertuaku, melepaskan vaginaku ibu mertuaku yang licin, yang tebal, yang ketat (karena sangat kontraksi mau puncak). Bunyinya kecepak-kecepok membuat aku semakin bernafsu. Aduuh, aku sudah tidak tahan lagi.

“Buu Firman mau keluaar buu…, Aduuh buu .., enaak bangeet”.

“Ssh…, hiiya Firman, keluariin Firman, keluarin”.

“Ibu juga mau muncaak, mau muncaak…, Firmanm, Tomm, Teruss Firmanm”, Kami berpagutan kuat-kuat. Napas kami terhenti. Penisku aku menekan kuat-kuat ke dalam vagina ibu mertuaku.

Pangkal penisku berdenyut-denyut. sudah menyemprotlah spermaku ke vagina ibu mertuaku. Kami bersama-sama menikmati puncak persetubuhan kami. Kerinduan, siapkan kami tumpah sudah. Rasanya lemas sekali. Napas yang sebelumnya semakin terputus semakin menurun.

Aku mengangkat badanku. Akan aku cabut penisku yang sudah menancap dari dalam liang vaginanya, tapi tetap ibu mertuaku.

“Biar di dalam dulu Firman…, Ayo miring, kamu berat sekali. Kamu nekad saja ..., masa 'orang ditindih sekuatnya ”, katanya sambil memencet hidungku. Kami miring, berhadapan, Ibu mertuaku memencet hidungku lagi, “Dasar anak kurang ajar…, Berani sama-sama .., Masa Dini dinaikin, Tapi Firman…, ibu nikmat banget, 'marem' banget. Ibu belum pernah merasakan seperti ini ”.

“Buu, Firman juga buu. Mungkin karena curian ini ya buu, bukan miliknya ..., Punya bapaknya kok dimakan. Ibu juga, punya anakya kok ya dimakan, diminum ”, kataku menggodanya.

“Huush, dasar anak nakal .., Ayo dilepas Firman .., Aduuh melanggar niih Spermamu pada tumpah di sprei, Keringatmu juga basahi tetek ibu niih”.

“Buu, malam ini ibu nggak berhasil pulang. Aku pengin dikelonin ibu malam ini. Aku pengin diteteki sampai pagi ”, kataku.

“Ooh jangan cah bagus…, kalau dituruti Ibu juga penginnya begitu. Tapi tidak boleh begitu. Kalau ketahuan orang bisa geger deeh ”, jawab ibuku.

"Tapi buu, Firman rasanya emoh pisah sama ibu".

“Hiyya, ibu tahu, tapi kita harus pakai otak dong. Toh, ibu gak akan kabur .., gimana kalau kita tidak hati-hati, semuanya akan bubar deh ”.

Kami saling berpegangan tangan, berpandangan dengan mesra, berciuman lagi penuh kelembutan. Tiada kata-kata yang keluar, tidak dapat diwujudkan dalam kata-kata. Kami saling membantah, antara ibu dan anak, antara seorang pria dan wanita, kami saling memuji satu sama lain.

Malam itu kami mandi bersama, saling menyabuni, menggosok, meraba dan membelai. Penisku diangkat oleh ibu mertuaku, sampai tegak lagi.

“Sudaah, sudaah, jangan nekad saja. Ayo nanti keburu malam ”.

Malam itu sangat berkesan dalam hidupku. Hari-hari selanjutnya berjalan normal seperti biasa. Kami saling bertanggung jawab. Kami menumpahkan kerinduan kami hanya memberikan benar-benar aman. Tapi kami banyak kesempatan untuk http://beritabagus.net/ berciuman dan membelai. Kadang-kadang dengan berpandangan mata saja kami sudah menyalurkan kerinduan kami. Kami semakin sabar, terus tumbuh dewasa dalam hubungan cinta-kasih kami dan akhir dari kisah.

No comments:

Post a Comment

Post Bottom Ad

Responsive Ads Here

Pages